Mengenang Bencana April 1815 (Selesai) - Media Tabaca
BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

header-ad

Mengenang Bencana April 1815 (Selesai)

Foto : Pulau Satonda, (TripsTrus)
Sebelumnya
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 1)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 2) 

Labuan Beranti Dan Bukit Kima

Penulsi : Alan Malingi
Tiga tempat ini berdekatan.Ada di desa Nanga Miro kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Tempat ini sangat cocok  untuk bertamasya. Pasirnya yang putih, banyak perahu-perahu nelayan yang bersandar dan mencari ikan, dan dapat melihat pulau Moyo di sisi barat. Di sebelah utara Beranti, ada bukit dan hamparan pasir putih, namanya so Fanda. Di bukit ini banyak terdapat keong raksasa atau Kima. Kima itu besar-besar. Menurut ahli, kima itu terjadi karena proses alam jutaan tahun yang lalu. Tapi sayang, kima-kima itu sudah banyak yang diambil orang terutama yang besar-besar seperti meja. Memandang ke utara kita akan melihat pulau Satonda. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit menuju pulau Satonda.

Pulau Satonda

Dari puncak Gunung Tambora, pandangan mata  lebih leluasa pemandangan kawah, padang pasir, samudra lautan, dan Pulau Satonda. Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya yang masih alami, di tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang jernih dan dikelilingi oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih alami. Pulau Satonda dengan ketinggian antara 0 sampai 300 meter di atas permukaan laut merupakan taman rekreasi (recreation park) dengan wilayah seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.

Kenapa dinamakan Satonda ? ada dua versi tentang ini. Yang pertama Maka pulau tersebut dinamai Pulau Satonda dari kata tonda yang berarti tanda/jejak karena jarak pulau ini dengan daratan cukup dekat sehingga dinamakan satonda atau selalangkah. Kedua, Pulau tersebut dapat dilihat dari puncak Gunung Tambora, tampak dari atas berbentuk telapak kaki kanan manusia, sehingga disebut dengan nama Satonda.
Pulau kecil ini bukan hanya indah, tapi juga penuh mitos dan legenda. Konon sejarah Bima bisa dilacak dari pulau ini karena Sang Bima, pendiri kerajaan Bima, sempat berlabuh di Satonda. Dia bertemu dengan seekor Naga bersisik emas. Naga itu ternyata jelmaan dari seorang Dewi dari kayangan. Dari sinilah, asal muasal keturunan raja-raja Bima.

Air Terjun Sori Marai

Di sisi utara gunung Tambora ada sebuah sungai yang lebar dan sangat bagus untuk mandi. Namanya Sori Marai. Air sungai ini mengalir sepanjang tahun. Tidak pernah kering. Airnya yang bersih dan jernih menjadi tempat persinggahan bagi orang-orang yang ke Tambora. Di sisi barat  juga ada sebuah air terjun yaitu air terjun Oi Marai.Ada juga yang menyebut dengan air terjun Bidadari.  Tempatnya memang agak jauh dari jalur jalan utama yang ke Tambora.. Air Terjun Sori Panihi berada di kaki utara gunung Tambora.Saat ini air terjun Sori Panihi telah menjadi destinasi wisata alam yang ramai dikunjungi. Lokasi di sekitar air terjun ini juga sangat cocok untuk kemah. Dari Air Terjun Sori Marai juga menjadi pos 1 bagi para pendaki menuju puncak Tambora. Kegiatan Teka Tambora selalu mendaki melalui jalur ini.

Tradisi Pasar Senin Dan Pasar Minggu

Di Kadindi dan Calabai ada pasar senin. Kemudian di Calabai ada yang namanya Pasar Minggu.Jika ke Tambora pada hari-hari itu maka kita akan bertemu dengan pasar Senin dan Pasar Minggu. Apalagi dari pagi hingga siang hari cukup ramai. Pasar senin hanya ada pada hari senin dari pagi hingga siang hari waktu zuhur. Pasar minggu adanya hanya pada hari minggu dari pagi hingga siang hari. Penjual dan pembeli datang dari Mbojo,Dompu,sampai pulau Moyo di sebelah barat Tambora. Mulai hari sabtu,perahu dari pulau Moyo berdatangan membawa pisang, buah-buahan, beras, ayam, sapi,kambing, ikan dan berbagai hasil bumi yang akan dijual. Begitu juga yang datang dari Mbojo membawa barang untuk dijual. Tradisi ini sudah ada sebelum letusan gunung Tambora. Pembauran antara warga Bali,Lombok, Moyo, Dompu, Mbojo sudah terjalin lama dan bahkan ada yang ketemu jodoh di tempat itu meski pertemuan hanya sekali seminggu.

Kebun Dan Pabrik Kayu Putih

Setelah sekian vacum, PT. Sanggar Agro mulai menanam tanaman Kayu Putih di Tambora Utara yang masuk dalam wilayah kabupaten Bima. Saat ini  telah beroperasi  perusahaan minyak kayu putih terbesar di dunia yang dikelola  oleh PT Sanggaragro Karya Persada (SKP). Kapasitas mengolah daun minyak kayu putih mencapai 60 ton perhari. Direncanakan perusahaan ini akan mampu mengolah 200 ton daun kayu putih sehari. Hanya saja, perusahaan ini belum menggunakan merek sendiri karena produksinya disuplai untuk kebutuhan minyak kayu putih cap Elang dan suplier lain di Surabaya. Direncanakan, perusahaan ini akan menggunakan nama paten Minyak Kayu Putih Gunung Tambora.

Demikianlah tulisan bersambung dalam rangka mengenang letusan dahsyat Tambora 1815. Semoga kita dapat mengambil ibrah dari peristiwa yang terjadi dua abad silam. Dari rangkaian peristiwa itu tentu menjadi sebuah perenungan bahwa kehidupan ini irama, suka dan duka, sengsara dan bahagia. Letusan Tambora menjadi pengingat bahwa manusia dan mahluk lainnya hanyalah nokhtar kecil yang tidak memiliki kekuatan dalam jangkauan kekuasaan pemilik alam, Allah SWT.

Semoga tulisan bersambung ini bermanfaat dan terima kasih bagi yang telah membaca,mengkritik dan memberikan apresiasi.
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar