Foto : Anonim (Alan Malingi) |
Tambora tidak hanya dikenal dengan letusan dahsyatnya, namun kaya akan pesona dan komodii andalan yang sangat penting bagi pengembangan sosial ekonomi, pariwisata dan budaya serta sektor lainnya.
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 1)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 3)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 4)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 5)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 6)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 7)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 4)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 5)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 6)
Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 7)
Kepingan Surga Dari Bencana
Penulis : Alan Maling |
Setelah
dua abad terlewati, Tambora menyapa dunia dengan cara yang berbeda. Tambora
menyimpan potensi dan pesona yang luar biasa bagi peradaban ummat manusia masa
kini. Tambora kini seperti kepingan surga. Ya..kepingan surga dari bencana.
Berikut rangkuman pesona dan potensi Tambora dan sekitarnya.
Kaldera Tambora, Moti La
Halo Dan Dae La Minga
Puncak
Tambora menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Tiba di puncak mata menyapu
sampai berbatas lengkung langit. Danau dua warna pada ketinggian 1.800 meter
terbentang dalam permukaan tebing kaldera yang terjal hampir tegak lurus. Di
bagian lain, mata mampu menangkap seluruh wilayah NTB sampai ke panorama yang
membentuk lombok dengan puncak rinjaninya yang kokoh. Sumbawa dengan teluk
saleh yang biru merangsang serta beberapa pulau- pulau kecil seperti Moyo dan
Satonda lengkap dengan cantiknya laut flores di ujung yang lain.
Kaldera
gunung Tambora yang diperkirakan sepanjang 5 Kilometer (hampir sama luasnya
dengan Kota Bima). Orang orang Sanggar dan Tambora menyebutnya dengan Moti La
Halo. Entah kenapa disebut moti la halo. Moti berarti laut.Sedangkan La Halo
kira kira berarti pengap dan panas.
Dalam
legenda masyarakat Sanggar, putri raja Sanggar Dae La Minga yang cantik jelita
itu diperebutkan oleh para pangeran dari berbagai negeri. Untuk menghindari
peperangan dan pertummpahan darah, maka dae la minga dibuang ke Moti La Halo
yaitu di kawah gunung Tambora. Kisah tentang kecantikan Dae La Minga juga
dilukiskan dalam senandung Inde Ndua yang berarti tiada duanya. Sedangkan kisah
perjalanan Dae La Minga dari kerajaan Sanggar menuju Moti La Halo dilukiskan
dalam tarian dan senandung Tija Lante.
Kecantikan
Dae La Minga sungguh tiada duanya. Sebelum dibuang ke Moti La Halo, Dae La
Minga menitipkan pesan kepada para gadis kerajaan Sanggar. " Ntika mpa di
wa a ba nahu, tupa ra ambi di wi i ba nggomi doho" ( kecantikan akan
kubawa serta, kesopanan dan keramah tamahan kutitipkan untuk kalian).
Kopi Tambora
Tambora
tidak hanya dikenal dengan letusan dahsyatnya, namun kaya akan pesona dan
komodii andalan yang sangat penting bagi pengembangan sosial ekonomi,
pariwisata dan budaya serta sektor lainnya. Salah satu komoditi andalan di
lereng Tambora adalah Kopi Tambora. Pada 1930 seorang pengusaha berasal dari
Swedia, Gosta Bjorklund membuka perkebunan kopi seluas 56.000 hektare di lereng
Barat dan Utara Gunung Tambora. Pada masa itulah, kopi Tambora mulai terkenal
hingga mancanegara. Perkebunan peninggalan kolonial Belanda ini merupakan salah
satu dari tiga kawasan sentral produksi kopi yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
Sejak
itu, banyak orang-orang Jawa yang dipekerjakan di areal perkebunan Kopi
Tambora. Sehingga tidak mengherankan jika nama camp-camp di areal ini bernuansa
Jawa seperti Afdelin Sumber Rejo dan Afdelin Sumber Urip. Perkebunan Kopi
Tambora adalah kawasan perkebunan kopi yang terletak di lembah bagian Utara
Gunung Tambora pada ketinggian tempat 700 meter dari permukaan laut.Ada juga di
sisi barat dan selatan yang masuk wilayah Kabupaten Dompu
Pada
tahun 1977 perkebunan Kopi Tambora di kelola oleh PT. Bayu Aji Bima Sena
(PT.BABS) Jakarta selaku pemegang Hak Guna Usaha (HGU) sesuai keputusan Mentri
Dalam Negeri Nomor : 21/HGU/DA/77 tanggal 19 juni 1977 dengan memperkerjakan
karyawan sebanyak 192 orang, namun sejak tahun 2001 PT. BABS tidak aktif
lagi mengelola kebun kopi tambora yang
ditandai dengan ditinggalkan dan ditelantarkannya perkebunan kopi beserta aset
dan karyawan yang ada di dalam nya. HGU PT. BABS berakhir pada tanggal 31
Desember 2001 dan tidak diperpanjang lagi sampai saat ini meskipun pihak PT.
BABS pernah mengajukan perpanjangan HGU pada tanggal 8 maret 2002.
Tahun
2002 Pengelolaan Perkebunan Kopi Tambora diambil alih oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bima (melalui Dinas Perkebunan Kab.bima) dalam rangka penyelamatan asset perkebunan
dan karyawan agar tidak hilang mata pencahariannya. Biaya pengelolaan kebun
kopi tambora bersumber dari APBD Kab. Bima dan APBN.
Edelweis, Bunga Keabadian
Di
lereng dan puncak Tambora juga tumbuh bunga Edelweis. Tanaman langka ini
menjadi salah satu koleksi terpenting gunung Tambora disamping tanaman lainnya
seperti Molucas Dua Banga, Kalango, serta berbagai jenis flora lainnya.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan
pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang
tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara
efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan
efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga,
lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan
dan lebah terlihat mengunjunginya.
Edelweis
atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang
mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona
alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat
mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia
walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap
sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang
dikategorikan sebagai tanaman langka.
Kekayaan
yang dimiliki Tambora sudah selayaknya dijaga dan dirawat untuk kepentingan
yang jauh lebih besar daripada sekedar ambisi dan keserakahan manusia
mengeksplorasi alam dan sisa peninggalan Tambora. Dalam beberapa decade mamang
hutan Tambora sudah banyak yang dijarah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya
sungguh-sungguh dari semua kalangan untuk mengamankan Tambora agar tetap
eksotik dan terjaga dari generasi ke generasi.
(
Bersambung )
Tidak ada komentar
Posting Komentar