Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 8) - Media Tabaca
BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

header-ad

Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 8)



Foto : Anonim (Alan Malingi)
Tambora tidak hanya dikenal dengan letusan dahsyatnya, namun kaya akan pesona dan komodii andalan yang sangat penting bagi pengembangan sosial ekonomi, pariwisata dan budaya serta sektor lainnya. 


Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 1)


Kepingan Surga Dari Bencana 

Penulis : Alan Maling
Setelah dua abad terlewati, Tambora menyapa dunia dengan cara yang berbeda. Tambora menyimpan potensi dan pesona yang luar biasa bagi peradaban ummat manusia masa kini. Tambora kini seperti kepingan surga. Ya..kepingan surga dari bencana. Berikut rangkuman pesona dan potensi Tambora dan sekitarnya.

Kaldera Tambora, Moti La Halo Dan Dae La Minga

Puncak Tambora menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Tiba di puncak mata menyapu sampai berbatas lengkung langit. Danau dua warna pada ketinggian 1.800 meter terbentang dalam permukaan tebing kaldera yang terjal hampir tegak lurus. Di bagian lain, mata mampu menangkap seluruh wilayah NTB sampai ke panorama yang membentuk lombok dengan puncak rinjaninya yang kokoh. Sumbawa dengan teluk saleh yang biru merangsang serta beberapa pulau- pulau kecil seperti Moyo dan Satonda lengkap dengan cantiknya laut flores di ujung yang lain.

Kaldera gunung Tambora yang diperkirakan sepanjang 5 Kilometer (hampir sama luasnya dengan Kota Bima). Orang orang Sanggar dan Tambora menyebutnya dengan Moti La Halo. Entah kenapa disebut moti la halo. Moti berarti laut.Sedangkan La Halo kira kira berarti pengap dan panas.

Dalam legenda masyarakat Sanggar, putri raja Sanggar Dae La Minga yang cantik jelita itu diperebutkan oleh para pangeran dari berbagai negeri. Untuk menghindari peperangan dan pertummpahan darah, maka dae la minga dibuang ke Moti La Halo yaitu di kawah gunung Tambora. Kisah tentang kecantikan Dae La Minga juga dilukiskan dalam senandung Inde Ndua yang berarti tiada duanya. Sedangkan kisah perjalanan Dae La Minga dari kerajaan Sanggar menuju Moti La Halo dilukiskan dalam tarian dan senandung Tija Lante.

Kecantikan Dae La Minga sungguh tiada duanya. Sebelum dibuang ke Moti La Halo, Dae La Minga menitipkan pesan kepada para gadis kerajaan Sanggar. " Ntika mpa di wa a ba nahu, tupa ra ambi di wi i ba nggomi doho" ( kecantikan akan kubawa serta, kesopanan dan keramah tamahan kutitipkan untuk kalian).

Kopi Tambora

Tambora tidak hanya dikenal dengan letusan dahsyatnya, namun kaya akan pesona dan komodii andalan yang sangat penting bagi pengembangan sosial ekonomi, pariwisata dan budaya serta sektor lainnya. Salah satu komoditi andalan di lereng Tambora adalah Kopi Tambora. Pada 1930 seorang pengusaha berasal dari Swedia, Gosta Bjorklund membuka perkebunan kopi seluas 56.000 hektare di lereng Barat dan Utara Gunung Tambora. Pada masa itulah, kopi Tambora mulai terkenal hingga mancanegara. Perkebunan peninggalan kolonial Belanda ini merupakan salah satu dari tiga kawasan sentral produksi kopi yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sejak itu, banyak orang-orang Jawa yang dipekerjakan di areal perkebunan Kopi Tambora. Sehingga tidak mengherankan jika nama camp-camp di areal ini bernuansa Jawa seperti Afdelin Sumber Rejo dan Afdelin Sumber Urip. Perkebunan Kopi Tambora adalah kawasan perkebunan kopi yang terletak di lembah bagian Utara Gunung Tambora pada ketinggian tempat 700 meter dari permukaan laut.Ada juga di sisi barat dan selatan yang masuk wilayah Kabupaten Dompu

Pada tahun 1977 perkebunan Kopi Tambora di kelola oleh PT. Bayu Aji Bima Sena (PT.BABS) Jakarta selaku pemegang Hak Guna Usaha (HGU) sesuai keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor : 21/HGU/DA/77 tanggal 19 juni 1977 dengan memperkerjakan karyawan sebanyak 192 orang, namun sejak tahun 2001 PT. BABS tidak aktif lagi  mengelola kebun kopi tambora yang ditandai dengan ditinggalkan dan ditelantarkannya perkebunan kopi beserta aset dan karyawan yang ada di dalam nya. HGU PT. BABS berakhir pada tanggal 31 Desember 2001 dan tidak diperpanjang lagi sampai saat ini meskipun pihak PT. BABS pernah mengajukan perpanjangan HGU pada tanggal 8 maret 2002.

Tahun 2002 Pengelolaan Perkebunan Kopi Tambora diambil alih oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bima (melalui Dinas Perkebunan Kab.bima)  dalam rangka penyelamatan asset perkebunan dan karyawan agar tidak hilang mata pencahariannya. Biaya pengelolaan kebun kopi tambora bersumber dari APBD Kab. Bima dan APBN.

Edelweis, Bunga Keabadian

Di lereng dan puncak Tambora juga tumbuh bunga Edelweis. Tanaman langka ini menjadi salah satu koleksi terpenting gunung Tambora disamping tanaman lainnya seperti Molucas Dua Banga, Kalango, serta berbagai jenis flora lainnya. Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya.

Edelweis atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.

Kekayaan yang dimiliki Tambora sudah selayaknya dijaga dan dirawat untuk kepentingan yang jauh lebih besar daripada sekedar ambisi dan keserakahan manusia mengeksplorasi alam dan sisa peninggalan Tambora. Dalam beberapa decade mamang hutan Tambora sudah banyak yang dijarah. Oleh karena itu dibutuhkan upaya sungguh-sungguh dari semua kalangan untuk mengamankan Tambora agar tetap eksotik dan terjaga dari generasi ke generasi.

( Bersambung )
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar