Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 2) - Media Tabaca
BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

header-ad

Mengenang Bencana April 1815 (Bagian 2)

Foto : So Tengke Boro Sanggar, Model Ari Ary Ipan LaLangi dkk.Foto diambil saat Kemah budaya dan Pendokumentasian Kesenian Sanggar oleh Makembo.
Pagi itu tanggal 12, aku terbangun, malam terasa sangat panjang, jam tanganku menunjuk pukul 08.30, di luar kulihat kabut abu turun. Sampai jam 09.00 belum ada cahaya matahari. Selapis abu tebal menumpuk di teras Kadipaten pada pukul 10.00. Seberkas cahaya samar samar mulai terlihat pada pukul 10.30. Jarak pandang hanya 50 yard. Sarapan pagi kami pada pukul 11.00 di terangi lilin

Penulis : Alan Malingi
............Catatan Thomas Stamford Raffles merupakan catatan penting bagi sejarah. Dia merangkum laporan peristiwa  tentang letusan Tambora pada bulan september 1815, yaitu 5 bulan setelah peristiwa itu terjadi. Tetapi kita BO Kesultanan Bima justru merekam peristiwa itu lebih awal. BO merekam secara rinci tanggal, bulan, jam dan hari kejadian itu. BO memberikan judul peristiwa itu dengan “ Alamat Pecah Gunung Tambora” .

Berikut saya kutip rekaman BO sebagaimana tertulis dalam buku Kerajaan Bima Dalam Sastra Dan Sejarah, Henry Chambert- Loir dan Bo Sangaji Kai, Henry Chambert-Loir   & Siti Maryam R Salahuddin hal 316).

"Hijratun Nabi salla'llahi 'alaihiwassalama seribu dua ratus tiga puluh genap tahun, tahun Za pada hari selasa waktu subuh sehari bulan jummadilawal, tatkala itulah tanah bima datanglah takdir Allah melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya.Maka gelap berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti bunyi meriam orang perang,kemudian maka turunlah kersik batu dan abu seperti dituang, lamanya tiga hari dua malam.

Maka heranlah sekalian hamba-Nya akan melihat karunia Rabbi al-alamin yang melakukan fa al li mai yurid. Setelah itu maka teranglah hari, maka melihat rumah dan tanaman sudah rusak semuanya. Demikianlah adanya itu, yaitu pecah Gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad. "

Begitu indah catatan kuno dan usang itu menggambarkan dan memberikan kabar kepada sejarah dan ummat manusia tentang letusan dahsyat Tambora. Naskah BO selalu diawali dengan kata hijratun Nabi dan seterusnya. Tahun 1230 genap tahun Za di atas adalah tahun hijriah, karena Kesultanan Bima  menggunakan Tarikh Hijriah. Setelah dikonversi ke dalam tahun masehi maka ketemulah angka 11 April 1815. Angka tahun dan uraian dalam BO Sangaji Kai ternyata sama dengan berbagai catatan dunia tentang letusan Tambora, salah satunya adalah History Of Java oleh Thomas Stanford Rafless.  Letusan Tambora terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke 9 tahun 1773 -1819 ).

Letusan Tambora juga diabadikan dalam syair kerajaan Bima yang ditulis oleh seorang Khatib yang bernama Lukman yang masih merupakan kerabat Sultan Bima.  Syair Kerajaan Bima mengisahkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kesultanan Bima pada kurun 1815-1829. Ada empat kejadian yang diceritakan dalam syair tersebut: wafatnya sultan, diangkatnya penggantinya, serangan perompak dan meletusnya Gunung Tambora. Syair itu terdiri dari empat bagian dan 487 baris. Baris 1-10 berisi Petuah dan perkenalan pengarang.Baris 11-82 berisi tentang Letusan Gunung Tambora.

 Pengarang melukiskan peristiwa letusan yang berlangsung tiga hari tiga malam dan kelaparan yang terjadi.Baris 83-217 berisi tentang Wafatnya Sultan Abdul Hamid. Pengarang menceritakan masa sultan gering, wafatnya, dan pemakamannya. Dikisahkan juga upacara sampai seratus hari sesudahnya.Baris 218-288 berisi tentang Serangan Perompak. Pengarang menceritakan serbuan perompak. Para bajak laut menghancurkan Sanggar, dan mengalahkan Orang Melayu dan Bugis di Sape sebelum akhirnya diusir pasukan Bima. Baris 289-487 berisi tentang  Penobatan Sultan Ismail.

Berikut kutipan baris ke 11 hingga 19 syair khatib Lukman tentang Letusan Tambora :

Datanglah takdir Wahid al-Kahar,
pada hijrat an-nabi Sayyid al-Basyar, seribu dua ratus tahun tersesar,
 dua puluh delapan lebihnya berkisar.
 Pada tahun Jim awal mulanya,
diturunkan bala kepada hambanya,
 tanah Bima hangus semua padinya,
 laparlah orang sekalian isinya.
 Lapar itu terlalu sangat, rupanya negeri tiada bersemangat,
 serasa dunia bekas kiamat, sukarlah gerangan baiknya bangat.

Tentang waktu letusan itu terjadi, antara catatan BO dengan syair khatib Lukman memiliki kesamaan. Duka dan lara dilukiskan Khatib Lukman sebagai berikut :

 Waktu subuh fajarpun merekah,
diturunkan Allah bala celaka, sekalian orang habislah duka,
bertangis-tagisan segala mereka.

Lukisan kejadian cukup rinci diuraikan oleh Khatib Lukman. Suara letusan, suasana gelap seperti waktu malam. Pasir yang turun deras serta Tsunami yang terjadi dan perahu-perahu yang terlempar ke daratan.
Adalah pada waktu tengah malam,
meletuplah bunyi seperti meriam, habislah terkejut sekalian alam,
 serasa dunia bagaikan karam.
Ayam berkokok haripun siang, undurlah orang daripada sembahyang,
turunlah pasir bagai dikarang, habislah terkejut sekalian orang.
 Pasir disangka hujan yang titik, jatuh di atap bunyinya mengeritik,
 hari yang terang kelam berbalik,
Air yang hilir berbalik mudik
Tiadalah beberapa lamanya selang,
 turunlah abu bagai dituang,
geger gempar sekalian orang,
 terkejut melihat sekalian tercengang.
 Abu yang turun sebagai ribut, rupanya alam kelam kabut,
datanglah banjir mudik dari laut,
 terdampar ke laut perahu hanyut.

Pada baris lainnya, Khatib Lukman menulis sebagai berikut :

Tanah Tambora yang kena durhaka,
 Bima dan Sumbawa dipindahkan belaka,
 sekalian orang telah celaka,
sampai sekarang menanggung duka.

Syair Khatib Lukman  kemudian dipublikasikan olehChambert-Loir pada tahun 1982. Puisi ini bercerita tentang letusan Gunung Tambora yang terletak di pulau Sumbawa di Indonesia, terjadi pada tahun 1815. Letusan gunung ini merupakan salah satu yang paling kuat dalam catatan sejarah. Selain menggambarkan letusan Gunung Tambora, syair ini juga memberi pesan kepada generasi berikutnya agar tidak tergoda akan harta, berhati-hati dalam bertindak, banyak melakukan ibadah dan selalu berdoa untuk memohon berkah dan ampunan dari Allah SWT. 

(Bersambung)
« PREV
NEXT »

Tidak ada komentar