Arsyad (kanan) saat berpose bersama mantan WalokotaJakarta, Sandiago Uno |
Pertanyaannya, dalam situasi seperti sekarang ini, Apakah, seorang penguasa yang menunjukan sikap baik disela-sela, daerah tengah dilanda krisis pandemik politik dan pandemik corona, dapat di anggap sebagai seorang yang baik, adil, bijak dan perhatian terhadap warganya?.
Bisa saja.!!
Tetapi ukuranya perlu diperhatikan sebelumnya apakah sikap seperti itu pernah
ditampilkan sebelumnya, terkadang penguasa kerap menyadari kelalalainya itu,
ketika mendekati pergantian kekuasaan, mereka berubah menjadi baik, padahal
sebelumnya, menganggap dirinya seorang penguasa dan bukan pelayan masyarakat
yang melayani sesuai tujuan dasar kekuasaan. dalam pengandaian saya watak
penguasa semacam itu seprti watak "janus", bersikap baik, adil,
bijak, manakala Dia" membutuhkan yang nilai keuntungan bagi dirinya dan
bersikap buruk ketika tidak menginginkan sesuatu pada warganya.
“Tilaku”, tutur seperti itulah yang ditampilkan dan dipertontongkan oleh
seorang penguasa daerah sekarang ini, bukan menampilkan hasil kinerja dan reputasi
keberhasilan yang menyenangkan hati rakyat, jangan dikira warganya bodoh dan
tidak paham.
Dalam
keadaan tertentu seperti keadaan saat ini, penguasa sering tampil di khalayak
umum, bergaya seperti bagaikan seorang pujangga ditemani oleh para kolega-temannya,
yang sering menyanjung tutur dan argumen-nya itu, mereka tampil menunjukan
esisten diri dan berusaha menyakinkan kepada seluruh warganya dan kehendak
memberi pesan bahwa dia adalah penguasa yang adil dan bertanggung jawab dan
penuh perhatian pada seluruh warganya.
Sikap
seperti itu justru akan memunculkan pertanyaan sinis apakah sikap mereka itu sesuai dengan
hasil kinerja, reputasi kebijaksaannya. Dan secara empris bahwa realitas
mengatakan bahwa presentasinya masih sama alias stacknan atau jalan ditempat serta tidak punya
arah tujuan yang jelas mau dibawah kemana daerah ini.
Dan untuk
mewujudkan impian daerah perlunya peletakan dasar pembangunan yang berorientasi
pada masa depan dan keadaan seperti saat ini kondisi daerah tidak membutuhkan
tutur, argumen apapun, itu tidak cukup mampu untuk meyakinkan lahirnya
kesejahteraan dan kemajuan dan butuh kerja kongkrit yang melahirkan tunas baru
kedepan akan berbuah manis untuk menjamin stabilitas disegala spektrum
kehidupan pemerimtah dan masyarakatnya.
Dan untuk
itu para penguasa perlu belajar dan mengambil hikmah pada pengalaman yang
lalu-lalu, dimana orang-seorang yang dikatakan adil, bijaksana dan penuh
perhatian itu, dalam pengandaian saya seperti seorang 'Gembala ternak"
selalu setia menemani ternaknya dan bersedia menghantarkannya ternaknya dimana
ladang subur yang menghasilkan rumput terbaik yang diperlukan oleh ternaknya.
Itulah
kesimpulan tentang orang-seorang yang baik, adil dan bijaksana.
Dapatkah
dikatakan bahwa seorang penguasa yang setiba menjadi, baik, adil, bijak,
ketika wilayahnya terjadi krisis pandemik? Dia hadir ditengah-tengah masyarakat
dengan membawa sekantong bingkisan dan amplop yang berisi secuil recehan sebagai
bentuk kebaikan diri pribadinya sebagai seorang penguasa terhadap warganya.
Sikap itu
makin memperkokoh dan mengatakan bahwa dirinya adalah penguasa bukan pelayan
masyarakat yang melayani, gaya penampilan penguasa seperti ibarat dia' sedang
menumpang gelombang krisis pademik covid.19, untuk membangun terus bagi kepentingan dirinya. Tipe
penguasa bukanlah serperti seorang pedagang melakukan transaksi.
Dia tipe
melayani.Dan tilaku penguasaan semacam itu' dapatkah dijadikan teladan? jawabannya tentu TIDAK.
Ada pepatah
kuno, mangatakan bahwa bagaimanapun orang dianggap baik adil, bijak oleh teman
dan warganya, belum tentu dia seperti itu dan dia bisa juga berubah menjadi
seorang pencuri. Lebih lanjut penguasa serakah, mereka yang sangat lihai
diantara manusia dalam hal mencuri dan melanggar sumpah mereka dan ciri itu
dimiliki oleh para penguasa sekarang ini, mereka menunjukan sikap adil ketika
mereka membutuhkah nilai yang menguntungkan bagi dirinya. Begitulah cerminan
wajah para penguasa kita saat ini.
BINAR
(Bincang Nalar)
Ada pepatah
kuno, mengatakan, anda jangan takut salah dan mencela para penguasa, karena
sikap-seperti itu, bisa membuka jalan bagi penguasa untuk mempertajam
kebenaran, kebijaksanaan serta keadilan.
Salam….
Penulis adalah
CV.Lestari
Agro Techno Farm
dan
KEPENGURUS
FOKKA JABOTABEK, KETUA BIDANG EKONOMI
Tidak ada komentar
Posting Komentar