Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), H Zulkieflimansyah. ANTARA/Nur Imansyah |
Mataram, tabaca.my.id.- Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, bahwa stigma lebih berbahaya dari Virus Covid19 itu
sendiri.
Hal senada diserukan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat, H
Zulkieflimansyah agar masyarakat
menjauhi stigma terkait Covid-19 dengan tidak menyalahkan Jamaah Tabligh
menyusul banyaknya temuan kasus COVID-19 di NTB, berasal dari kelompok terkait.
"Banyak yang terkejut ketika lonjakan yang positf corona naik begitu cepat di tempat kita. Mestinya kita tidak perlu terkejut karena kluster-kluster tersebut sudah teridentifikasi dan jadi lebih mudah menanganinya," ujar Gubernur NTB di Mataram, Selasa, mengutip laman Kantor Berita Nasional, Anatara Mataram.
Masih menukil laman yang sama, Gubernur menjelaskan, salah satu kluster yang banyak terkena wabah ini adalah saudara-saudara Jamaah Tabligh (JT) yang kebetulan mengikuti acara di Gowa, Makassar
"Saya kebetulan pernah ikut aktivitas Jamaah Tabligh ini, sebuah komunitas yang luar biasa dan bekerja dengan penuh cinta dan keikhlasan," terangnya.
Ia menyatakan, kalaupun kebetulan banyak anggota JT yang terpapar positif, tentu bukan karena kesengajaan.
Tapi karena komunitas ini guyub, sering berjabat tangan dan sering bersama-sama. Inilah yang membuat penularan COVID 19 di JT jadi lebih cepat.
Karena itu kata Gubernur NTB, menyalahkan teman-teman JT tentu tidak tepat, dan teman-teman JT yang kebetulan pernah ke GOWA juga harus terbuka dan sadar bahwa COVID-19 ini bukan aib dan bisa di sembuhkan. Sehingga tidak perlu bersikeras untuk tidak mau di tes atau di periksa.
Menurut Bang Zul sapaan akrabnya, pihaknya sudah mendata teman-teman kluster Gowa, jumlahnya lebih dari 1000-an. Dari hasil rapid test sementara sudah 367 yang reaktif. Biasanya yang reaktif ini lebih dari 50 persennya jadi positif.
"Artinya kita harus siap-siap di beberapa hari ke depan terjadi lonjakan jumlah yang positif. Tetapi tentu lebih baik menyalakan Lilin daripada kita mengutuk kegelapan. Daerah-daerah yang kebetulah sudah cukup banyak yang reaktif harus segera menyiapkan diri dan masyarakat harus secara psikologis disiapkan untuk menerima kenyataan ini," jelasnya.
Menyembuhkan yang positif COVID-19 ini tidak susah. Isolasi 14 hari, makan makanan yang sehat, cukup vitamin C dan E, berolahraga dan Insya Allah sembuh.
"Kami sampaikan data dari kluster Gowa, bukan untuk bikin panik tapi agar kita lebih dini menyiapkan diri. Insya Allah bisa di sembuhkan dan diselesaikan," katanya.
Diketahui jumlah data jamaah tabligh yang kembali dari Gowa di NTB dan telah mengikuti Rapid Diagnostic Test (RDT) yang tersebar di 10 kabupaten kota di NTB. Antara lain untuk Kota Mataram 119 orang jemaah ikuti RDT hasilnya 31 reaktif, positif swab 12 orang. Kabupaten Lombok Barat 150 orang, hasilnya 43 reaktif, 8 orang hasil swab positif.
Lombok Utara 254 orang, hasilnya 67 sampel reaktif positif 3 orang, Lombok Timur 132 orang hasilnya reaktif 40 dan positif 8. Lombok Tengah 109 orang hasilnya 67 reaktif dan positif 8 orang. Sumbawa 34 orang mengikuti RDT, hasilnya 12 reaktif dan 7 positif.
Kemudian Sumbawa Barat 5 orang hasil reaktif 1 orang dan belum ada positif. Dompu 161 test hasilnya 65 reaktif positif 1 orang, Kota Bima 8 orang test, hasilhnya 2 reaktif dan satu positif. Kabupaten Bima 185 test hasilnya 34 reaktif dan 10 orang positif. Sehingga secara keseluruhan totalnya mengikuti RDT 1.157 orang dengan 327 reaktif dan positif 58 orang.
"Banyak yang terkejut ketika lonjakan yang positf corona naik begitu cepat di tempat kita. Mestinya kita tidak perlu terkejut karena kluster-kluster tersebut sudah teridentifikasi dan jadi lebih mudah menanganinya," ujar Gubernur NTB di Mataram, Selasa, mengutip laman Kantor Berita Nasional, Anatara Mataram.
Masih menukil laman yang sama, Gubernur menjelaskan, salah satu kluster yang banyak terkena wabah ini adalah saudara-saudara Jamaah Tabligh (JT) yang kebetulan mengikuti acara di Gowa, Makassar
"Saya kebetulan pernah ikut aktivitas Jamaah Tabligh ini, sebuah komunitas yang luar biasa dan bekerja dengan penuh cinta dan keikhlasan," terangnya.
Ia menyatakan, kalaupun kebetulan banyak anggota JT yang terpapar positif, tentu bukan karena kesengajaan.
Tapi karena komunitas ini guyub, sering berjabat tangan dan sering bersama-sama. Inilah yang membuat penularan COVID 19 di JT jadi lebih cepat.
Karena itu kata Gubernur NTB, menyalahkan teman-teman JT tentu tidak tepat, dan teman-teman JT yang kebetulan pernah ke GOWA juga harus terbuka dan sadar bahwa COVID-19 ini bukan aib dan bisa di sembuhkan. Sehingga tidak perlu bersikeras untuk tidak mau di tes atau di periksa.
Menurut Bang Zul sapaan akrabnya, pihaknya sudah mendata teman-teman kluster Gowa, jumlahnya lebih dari 1000-an. Dari hasil rapid test sementara sudah 367 yang reaktif. Biasanya yang reaktif ini lebih dari 50 persennya jadi positif.
"Artinya kita harus siap-siap di beberapa hari ke depan terjadi lonjakan jumlah yang positif. Tetapi tentu lebih baik menyalakan Lilin daripada kita mengutuk kegelapan. Daerah-daerah yang kebetulah sudah cukup banyak yang reaktif harus segera menyiapkan diri dan masyarakat harus secara psikologis disiapkan untuk menerima kenyataan ini," jelasnya.
Menyembuhkan yang positif COVID-19 ini tidak susah. Isolasi 14 hari, makan makanan yang sehat, cukup vitamin C dan E, berolahraga dan Insya Allah sembuh.
"Kami sampaikan data dari kluster Gowa, bukan untuk bikin panik tapi agar kita lebih dini menyiapkan diri. Insya Allah bisa di sembuhkan dan diselesaikan," katanya.
Diketahui jumlah data jamaah tabligh yang kembali dari Gowa di NTB dan telah mengikuti Rapid Diagnostic Test (RDT) yang tersebar di 10 kabupaten kota di NTB. Antara lain untuk Kota Mataram 119 orang jemaah ikuti RDT hasilnya 31 reaktif, positif swab 12 orang. Kabupaten Lombok Barat 150 orang, hasilnya 43 reaktif, 8 orang hasil swab positif.
Lombok Utara 254 orang, hasilnya 67 sampel reaktif positif 3 orang, Lombok Timur 132 orang hasilnya reaktif 40 dan positif 8. Lombok Tengah 109 orang hasilnya 67 reaktif dan positif 8 orang. Sumbawa 34 orang mengikuti RDT, hasilnya 12 reaktif dan 7 positif.
Kemudian Sumbawa Barat 5 orang hasil reaktif 1 orang dan belum ada positif. Dompu 161 test hasilnya 65 reaktif positif 1 orang, Kota Bima 8 orang test, hasilhnya 2 reaktif dan satu positif. Kabupaten Bima 185 test hasilnya 34 reaktif dan 10 orang positif. Sehingga secara keseluruhan totalnya mengikuti RDT 1.157 orang dengan 327 reaktif dan positif 58 orang.
Penulis :
Mustamin M. Nur
Editor :
Mustamin M. Nur
Tidak ada komentar
Posting Komentar